Kamis, 19 April 2012

Dream High 2 Episode 6 Part 2


Episode 6 Part 2
Hyesung dan temannya sedang berlatih, namun seperti biasa Hyesung tidak bisa menyanyikan lagu pada nada yang tepat dan terhenti di nada tinggi.

Yoo Jin menghela nafas kesal. Guru Ji Man berteriak, “Hyesung-ah, berapa kali kau melakukan kesalahan yang sama?” Dia terlihat kesal, Hye Sung meminta maaf.

Yoo Jin : “Apa kau sudah latihan?” Hyesung mengiyakan. Yoo Jin melanjutkan, “Kau berlatih, kenapa belum ada peningkatan? Kau sudah mencoba menggunakan recorder yang aku berikan?” Hyesung kembali mengiyakan.

Yoo Jin : “Kau tidak merasakan sesuatu setelah mendengarkannya? Dalam 5 peringkat setidaknya kau berkembang satu tingkat. Karena kau semuanya menderita.”

Yoo Jin terlihat mengerikan di scene ini.
Guru Ji Man menengahi, “Hei, ya sudah. Musik dimainkan dengan menyenangkan, kau tidak perlu mengatakan hal itu.”

Yoo Jin melanjutkan,”Aku tidak berharap banyak. Setidaknya lakukan dengan baik agar orang-orang tidak memandang enteng saat mendengarmu.” Sepertinya dia marah karena dia perhatian pada Hyesung, dia kuatir.

Guru Ji Man mengalihkan suasana, dia mengatakan, “Semuanya! Mari kita lakukan pertunjukan di jalanan hari minggu ini.” Semua yang mendengarnya kaget. Lanjutnya, “Hanya sebagai observasi latihan kita selama ini. Ini metode terbaik menggali pengalaman.”

Yoo Jin : “Bagaimana mungkin kita bisa pergi kemana saja saat kondisi seperti ini?”
Guru Ji Man : “Bukankah kita tidak memiliki banyak waktu? Makanya kita harus bergerak cepat sekarang.”

Saat pulang, Hyesung menahan Yoo Jin, dia mengatakan, “Aku tidak mengerti mengapa kau memperlakukanku seperti ini.”

Yoo Jin mengatakan, “Bila kau tidak ingin dipandang rendah, rubah dirimu menjadi seorang yang tidak akan diremehkan. Itu sudah cukup.” Dia pun berlalu.

Ryan mengetuk pintu kamar JB, dia bertanya, “Apa kau sudah punya rencana hari ini?”
JB berpikir dan mengatakan, “Aku berencana akan pulang.” Ryan terlihat kecewa.

Ryan : “Bagus kalau begitu. Aku sempat khawatir kau akan pergi ke sebuah pesta atau apapun. Aku juga berencana jalan dan makan bersama keluargaku.” Dia terlihat memaksakan senyumnya.

JB tidak tahu mengenai pesta yang dimaksud Ryan atau berpura-pura tidak tahu. Dia bertanya, “Memangnya hari ini hari apa?” Hal ini membuat Ryan semakin kecewa. Dia pun berbalik dengan wajah tertekuk.

JB melihat kepergian Ryan dan tertawa, “Benarkah dia akan melewatkan hari ulang tahunnya bersama keluarganya?” Dari tampangnya, sebenarnya JB hanya bermaksud menggodanya.

Di sebuah tempat perbelanjaan, Si Woo mengatakan, “Pesta Kejutan, begitu kekanak-kanakan! Apa Ryan akan terjebak?”

Si Woo disana bersama dengan Nana. Nana mengatakan, “Ryan sangat mudah dikibuli. Kau akan pergi ‘kan?”

Si Woo menolaknya, “Kau lakukan sendiri.”
Nana : “Kenapa? JB sudah setuju ikut bergabung.” Nana bertingkah manja pada Si Woo.
Si Woo mengatakan, “Justru itu alasannya.” Sepertinya dia masih enggan bersama JB.
Si Woo masuk ke kamar ganti, Nana mengikutinya, dia berteriak, “Mereka belum memutuskan akan membubarkan band kalian! Jika kau terus berjalan sendiri, aku tidak akan menemanimu lagi.” Nana mengancamnya.

Dia berpikir sejenak, lalu membuka kamar ganti Si Woo. Si Woo sedang tidak mengenakan baju. Nana menahan pintu saat Si Woo ingin menutupnya.

Si Woo : “Haha, kau gila?” Nana tersenyum, dia merebut baju yang dipegang Si Woo dan baju yang digantung, lalu menjauhkannya dari Si Woo, “Pergi atau tidak?”

Dia juga mengancam, “Aku akan berteriak pada orang-orang.”
Si Woo memintanya mengembalikan bajunya, dia mengancam dengan mulai menghitung, namun Nana malah balas mengejek mengulang ucapan Si Woo. Dan benar saja, Si Woo akhirnya berjanji, “Aku pergi! Oke?” Hehe.

Di kamarnya, Ryan duduk termenung sendiri. Tidak berapa lama kemudian, Soon Dong keluar mengenakan pakaian yang menurutku terlalu heboh. Soon Dong memuji dirinya sendiri yang menurutnya pintar dalam memilih pakaian.

Melihatnya berpakaian tidak biasa, Ryan bertanya kemana Soon Dong akan pergi.
Soon Dong bercerita mengenai pertunjukan jalanan mereka hari ini. Dia mengundang Ryan untuk datang bila sempat, dia berjanji akan menyanyikan lagu ulang tahun untuk Ryan. Ryan tertegun dengan kata-kata Soon Dong tentang ulang tahun.

Pesta kejutan untuk Ryan berantakan. Ailee yang ternyata datang sendirian mengatakan Ryan tidak ada di asramanya, “Dia terlihat benar-benar marah pada kita, dan saat ini kita tidak memiliki HP.”

JB menyuruh Si Woo yang mencarinya. Si Woo membalas, “Aku memang sudah berencana melakukannya.” Masih terlihat suasana dingin diantara keduanya.
Hanya Si Woo yang memiliki HP.

Si Woo mencaritahu keberadaan Ryan melalui HP-nya.
Sementara di jalanan, Hong Joo dan kawan-kawan bersama guru Ji Man sedang bersiap melakukan pertunjukan. Guru Ji Man berkeliling memberi mereka semangat satu per satu. Hyesung mengiyakan meski masih terlihat rasa gugup dari raut wajahnya. Yoo Jin mengiyakan sambil lalu, dia memang sudah biasa tampil di depan orang banyak.

Soon Dong dipuji mengenai baju yang dikenakannya, Soon Dong mengatakan itu pemberian Ryan, Ryan ternyata memiliki sisi yang baik juga.

Ryan datang juga ke tempat itu. Beberapa orang yang lewat mengenali Ryan dan ikut berkumpul melihat pertunjukan jalanan mereka. Mereka bahkan menyebarluaskan info keberadaan idola di jalanan Hongdae.

Ryan menghampiri mereka, dia mengatakan hanya singgah melihat pertunjukan mereka sebentar. Dia lalu berdiri di sebelah guru Ji Man yang memuji kedatangannya, dia mengatakan mengenai pengaruh Ryan sebagai idola yang menyebabkan banyak orang berkumpul melihat pertunjukan ini.

Info keberadaan Ryan sampai juga di HP Si Woo. Mereka melihat foto Ryan di jalanan Hongdae dan berniat menyusulnya. Mereka bertiga menuju sana, tanpa JB yang menolak untuk pergi.

Pertunjukan bersiap dimulai, Hyesung terlihat semakin gugup saja.
Lalu penonton bertanya mengenai keterlibatan Ryan, mereka meminta Ryan yang bernyanyi, alasan mereka berkumpul disana untuk mendengarkan Ryan bernyanyi.
Atas permintaan guru Ji Man, Ryan maju ke depan panggung yang disambut sorak sorai
penonton.

Yoo Jin melihat dengan tidak senang karena menurutnya pertunjukan mereka ini bukan untuk menyenangkan penonton namun untuk latihan buat mereka. Ditambah lagi, Hyesung memilih mundur dan menyerahkan posisi vokalis kepada Ryan.

Hyesung beranggapan bahwa ini bukan hanya latihan, tapi juga atas permintaan penonton. Dia mengatakan, “Jika aku tetap bernyanyi sekarang, dapat dipastikan saya akan mendapat lemparan batu.” Dia pun turun ke sisi penonton. Sementara teman-temannya diam tidak tahu harus mengatakan apa.

Sorakan mengelukan nama Ryan terdengar saat Ryan sudah bersiap di depan mikrofon. Ryan tersenyum. Musik mulai mengalun, dia pun bergerak sesuai irama.

Hyesung menonton penampilan mereka dan merasa dia bukan apa-apa dibandingkan Ryan. Sementara itu, Yoo Jin melihat ke arah Hyesung. Entah apa yang dipikirkannya.

Aku jadi ingin mengatakan, “Tetap lihat aku apapun yang terjadi. Saat aku terbang di langit yang tinggi. Saat aku terjatuh terjebak dalam jurang dan ngarai. Saat aku tahu kau tetap mengarahkan pandangamu padaku. Aku akan tetap bernafas dan hidup.
Untuk aku menyadari keberadaanmu dan melihatmu.”

Pertunjukan mereka berjalan lancar. Ryan bernyanyi dengan gembira. Hyesung tidak mendengar lagu itu hingga selesai, Yoo Jin melihat diantara penonton dan sosok Hyesung sudah menghilang.

Sesaat lagu akan selesai, Yoo Jin masih mencari-cari keberadaan Hyesung namun yang ditemukannya ada salah satu penonton yang membawa kue tart besar. Tepat saat lagu itu selesai mereka nyanyikan, sebuah tart melayang ke arah Ryan.

Untung saja, Yoo Jin sigap melindungi Ryan sehingga tart itu mengenai punggungnya.
Ryan terdiam dalam pelukan Yoojin karena kaget.

Di kamarnya, Hyesung melihat sekotak besar apel yang diberikan ayahnya, di atasnya ada tulisan ‘Makan ini dengan temanmu.” Dia termenung.

Pintu kamarnya dibuka, JB muncul dan menanyakan keberadaan Ryan, dia berpesan bila Ryan sudah kembali agar datang ke ruang latihan. JB berlalu dan menutup pintu itu tanpa sempat Hyesung mengatakan sesuatu.

Sementara di jalanan Hongdae, Nana, Ailee dan Si Woo tidak dapat menemukan Ryan. Si Woo kembali menyalahkan rencana pesta kejutan mereka karena awalnya dia sudah memperkirakan hal itu akan sia-sia.

Sementara itu, Ryan sedang bersama Yoo Jin dan kawan-kawan datang ke restoran milik Kepsek Jung Wan.

Kepsek Jung Wan memberikan mereka makanan, ayam goreng dan ayam goreng balado. Ryan yang masih saja diam sementara yang lain sedang menyantapnya ditegur Soon Dong, dia mengira Ryan masih trauma dengan apa yang baru saja dilakukan antifans-nya. Eun
Bong membesarkan hati Ryan dan mengatakan, “Mereka juga fans, hanya anti.”

Ryan mengatakan, “Aku pernah menerima tikus mati sebelumnya.” Wajah Hong Joo dan Eun Bong yang sedang mengunyah daging ayam sedikit tertahan mendengarnya. Begitu pula Yoo Jin dan Soon Dong.

Apalagi saat Ryan melanjutkan, “Merpati yang telah mati tertindas, puluhan kecoa.”
Hong Joo tersedak, dia mengatakan, “Hentikan.”

Ryan melanjutkan, “Tapi tetap saja masih lebih baik draipada tidak menerima perhatian apapun sama sekali.”

Yoo Jin : “Orang-orang itu seharusnya dihukum.” Semua setuju dengannya. Dia menyuruh semua melanjutkan makan. Ryan tersenyum melihat sikapnya.

Di ruang latihan, Hyesung mulai berlatih dengan recorder pemberian Yoo Jin. Dia mengawali rekaman dengan suara sendu, “Aku tahu kau sangat berarti untukku. Ini cara untuk mengajarku ‘kan?” Dia lebih emosi dan mengatakan, “Kau pikir aku akan mengatakan demikian ‘kan? Kau menggangguku, idiot! Berulang kali menggangguku. Kau pikir merasa nyaman dengan penolakan? Seorang berbakat sepertimu, pada seorang sepertiku..” Dia mematikan rekamannya, dan memulai rekaman baru yang diletakkannya disamping. Dia mulai membunyikan tuts-tuts piano.

Sementara di restoran, Ryan mengenakan topi ulang tahun, Hong Joo memainkan gitar dan menyanyi untuknya, sedangkan Eun Bong bertingkah unik menari dengan kocak menggambarkan lagu yang dinyanyikan. Ryan terlihat senang.

Melihat tingkah kocak Eun Bong, Ryan teringat dengan memori masa lalu.
Dalam kenangannya, JB juga pernah melakukan hal yang serupa saat ulang tahunnya. Meski JB mengaku tarian itu bukan gayanya, dia tetap melakukannya untuK Ryan.

Sementara di ruang latihan, JB telah menyiapkan sekotak kue ulang tahun untuk Ryan.
Ryan merayakan ulang tahunnya bersama Soon Dong dan yang lain. Dia terlihat senang disana. Kepsek Jung Wan bahkan membawakan mereka sebotol besar Cola. Eun Bong me-request minuman untuk orang dewasa, Kepsek Jung Wan mengatakan, “Kau ingin mendapat pukulan sebelum menjadi dewasa?” Hahaha, mereka bercanda tertawa bersama.
Yoo Jin keluar lebih dulu dibandingkan yang lain, Ryan melihatnya dan mengikutinya, “Kau akan kemana?” Tanyanya.

Yoo Jin mengatakan akan ke asrama, Ryan menduganya mengkhawatirkan Hyesung, Yoo Jin membantahnya dengan mengatakan dia ingin mengganti pakaiannya yang kotor terkena lemparan tart.

Sebelum berlalu, Ryan mengucapkan terimakasih atas apa yang telah dilakukan Yoo Jin. Mereka pun kembali ke asrama bersama.

Saat terdiam, JB mendengar suara dentingan piano dan lambat laun terdengar suara seseorang bernyanyi. Dia mendekati arah sumber suara dan menemukan Hyesung sedang bernyanyi sambil memainkan piano.

Hyesung berhenti dan dia mengambil recordernya, “Cukup sampai disini. Dan, lirik selanjutnya..” Dia melihat ke arah kanan dan menemukan JB berdiri di sana.

JB : “Adalah dari lagu yang kau ingin aku aransemen sebelumnya. Benarkan?”
Hyesung tidak menjawabnya, “Sejak kapan kau disana? Kau mendengarnya?”
JB duduk nyaman, “Teruskan bernyanyi. Aku penasaran.”
Hyesung terlihat ragu.

Yoo Jin dan Ryan berjalan menuju tempat latihan.
Yoo Jin bertanya, “Bukankah kau ingin kembali ke asrama?”
Ryan : “Aku akan pergi ke ruang latihan.”
Yoo Jin : “Kenapa?” Mungkin karena ini durasa sudah sangat malam.

Ryan balas bertanya, “Lalu kenapa kau kembali ke sekolah, ini sudah terlalu larut?”
Gantian Yoo Jin yang bingung, “Aku ingin mencari sesuatu.”

Mereka sama-sama berharap menemukan seseorang yang ingin ditemui di ruang latihan. Mereka tidak tahu saja, orang-orang yang mereka cari sedang bersama di ruang latihan. JB yang dicari Ryan dan Hyesung yang dicari Yoo Jin.

Hyesung menyanyikannya dengan baik, meski masih terlihat kesulitan menyanyikan nada-nada tinggi, namun tersiasati dengan baik. JB pun menikmati lagu “Hello to My Self” Itu.

JB menyukai lagu itu. Tanpa ragu dia bertepuk tangan setelah Hyesung menyelesaikan lagunya. Hyesung pun terlihat senang. Sayang tidak dengan dua orang yang baru saja datang. Ryan dan Yoo Jin, keduanya bertampang masam.

Melihat kedatangan mereka, JB yang tadinya duduk, bangun berdiri, Hyesung pun membalikkan badan dan kaget melihat kedatangan mereka.
Ryan : “Apa yang sedang kalian lakukan disini?”

Semuanya terdiam, Ryan melanjutkan, “Bukankah kau bersama kami?” Dia pun melangkah keluar dan diikuti JB.

JB menghentikannya, dia mengaku bahwa sebenarnya dia tahu hari ini adalah hari ulang tahun Ryan. Namun dasar si Ryan yang jaim, dia masih menganggap tidak ada yang dia harapkan di hari ulang tahunnya. Dia tidak peduli JB tahu hari ulang tahunnya atau tidak. Dia menyalahkan cara pandang JB yang telah memburuk, dia menilai JB sudah tidak dapat menilai lagu yang bagus atau tidak (saat JB menilai nyanyian Hyesung bagus dan bertepuk tangan).

JB yang juga terpancing emosi, balas mengatakan, “Bagaimana denganmu? Bagaimana dengan penampilanmu di jalanan? Bukankah pengelolaan citramu semakin memburuk?”
Ryan mengatakan, “Itu menarik. Aku cukup baik tampil bersama Jin Yoo Jin.” Itu semakin memanasi JB, bahkan Ryan menambahkan, “Sekarang aku mengerti alasan Direktur Lee Kang Chul tertarik dengan bakat seninya. Kau tidak tahu? Direktur Lee berencana mengangkat nama Jin Yoo Jin. Bersemangatlah. Sekarang bukan saatnya kau mengatakan sesuatu pada kami.”

Ucapan Ryan membuat pertengkaran semakin menjadi diantara keduanya. Ryan menambahkan, “Jika kau punya waktu, mampir saja di pertunjukan kami.” Meski awalnya dia berencana melakukan pertunjukan hanya sekali, namun kini dia ingin melakukannya lagi. Ryan pun beranjak pergi.

JB berteriak, “Sampai kapan kau akan begini?”
Ryan mengatakan pelan, “Kau yang memulainya duluan.” Dia meninggalkan JB yang masih berdiri disana.

Sementara di dalam ruangan, Yoo Jin mengatakan, “Memberikan mikrofon pada Ryan, dan kemudian duduk disini menangis sendirian?” Dia menghela nafas, lanjutnya, “Memang, hanya dengan ini kau terlihat baik.”

Hyesung : “Aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu.”
Yoo Jin : “Kapan kau akan berhenti melarikan diri?”

Hyesung terpancing, “Kau, berhenti memaksakan diri peduli padaku. Sesekali aku mungkin melakukan kesalahan, tapi kau langsung merendahkan aku ‘kan? Kau merendahkan aku sehingga itulah alasan kau berada di sekitarku. Sekarang, kau dan Ryan tampil dengan bahagia. Kau melakukannya dengan baik. Jadi, apa yang kulakukan bukanlah urusanmu.”

Yoo Jin : “Apa kau sekarang iri karena Ryan mengambil tempatmu? Di depannya kau bahkan tidak mampu bersuara, di belakangnya kau tidak sungkan dan mampu marah. Beginikah cara hidupmu? Jadi, kau masih ingin tampil atau tidak?”
Hyesung : “Lakukan dengan Ryan saja.”

Yoo Jin terlihat marah, “Baiklah. Ini memang Shin Hyesung!” Kelihatannya dia sangat kesal dan pergi meninggalkan Hyesung.

Di kamar mereka, Ryan masih belum bisa tidur dan semakin kesal melihat bantal bergambar kartun JB. Dia melempar bantal itu dan mengenai Hyesung. Hyesung kesal dan mereka bertengkar.

Lee Seul melihat tingkah mereka berdua, dia menyuruh ‘orang yang tidak seorang pun peduli’ Hyesung untuk dia dan keluar saja. Hyesung yang semakin kesal menantang Lee Seul. Lee Seul pun turun dari ranjangnya mendekati Hyesung.

Soon Dong yang merasa keadaan semakin kacau mencoba menengahi, namun tanpa sengaja tangan Hyesung yang ingin menepis tangan Soon Dong, menonjok mata Lee Seul. Suasana pun semakin teramat kacau.

Soon Dong mendorong Hyesung untuk segera pergi. Namun sayang, suara teriakan Lee Seul yang mengejar keluar kamar terdengar ibu guru Tae Yeon. Guru Tae Yeon pun melihat apa yang telah terjadi pada mata Lee Seul.

Pagi itu, JB membuka lokernya dan menemukan sebuah apel di dalamnya. Begitu pula dengan siswa-siswi lainnya yang merasa heran dengan keberadaan sebuah apel segar di dalam loker mereka.

JB teringat semalam saat dia ingin menemui Ryan namun hanya menemui Hyesung yang sedang memegang kertas dari sebuah kotak besar berisi banyak apel.

Siswa-siswi itu penasaran dengan siapa pemberi apel itu. JB mengatakan, “Itu kelihatannya Shin Hyesung yang meletakkannya disana.” Siswa-siswi itu heran mengapa Hyesung melakukannya.

Yoo Jin yang baru saja datang menanyakan, “Bagaimana kau tahu? Bagaimana kau tahu Shin Hyesung yang melakukannya?” JB tidak mempedulikannya dan pergi begitu saja. Yoo Jin membuka lokernya dan menemukan hal yang sama. Sebuah apel merah.

Saat itu beberapa siswi menjelek-jelekkan maksud baik Hyesung, Yoo Jin yang mendengarnya terlihat sangat kesal.

Sementara di ruang guru, guru Tae Yeon bersama Hyesung dan ayahnya yang baru saja dipanggil karena ulah Hyesung yang memukul (tidak sengaja) Lee Seul. Meski Hyesung telah mengatakan bahwa kejadian itu merupakan kecelakaan, guru Tae Yeon tetap menyalahkan dan menyudutkan Hyesung di depan ayahnya.

Dia bahkan mengatakan kesalahan Hyesung yang berakibat fatal pada teman-temannya saat ujian pentas dan beberapa kesalahan lainnya. Dia mengatakan Hyesung tidak memiliki bakat dalam bidang, tidak cukup baik di sekolah ini meskipun Hyesung pintar dalam belajar.

Ayahnya kesal karena guru Tae Yeon hanya menilai dari kelemahan seseorang tanpa mempertimbangkan kelebihannya. Dia berniat memindahkan Hyesung ke sekolah lain, dia mengatakan, “Aku juga tidak bisa mempercayakan putriku pada sekolah yang seperti ini.” Guru Tae Yeon terkejut, tidak menyangka kejadian akan seperti ini. Ayah Hyesung menyeret Hyesung keluar dari ruang itu.

Hyesung berusaha menahan ayahnya yang beranjak pergi, namun ayahnya sudah bulat dengan tekadnya. Dengan sedih Hyesung melangkah di dalam sekolah.

Beberapa pasang mata siswa-siswi lain melihatnya dengan tatapan sinis, ingin menjauhi.

Dengan lemas Hyesung mengarah ke lokernya dan membukanya. Sejumlah apel keluar begitu pintu loker dibuka.

Hyesung hanya dapat melihat apel-apel itu berjatuhan. Sungguh, dia terlihat benar-benar shock. Dia terpaku di sana. Tangis yang tertahan semakin sulit untuk dibendung. Dengan terisak dia memandang apel-apel yang bergeletakan di lantai.
Yoo Jin berjalan ke arah loker dan melihat Hyesung berdiri di sana. Dia terpaku dan melihat dari kejauhan.

Sebuah kaki mendekat dan mengambil sebuah apel. JB. Dia membersihkan apel yang diambilnya dan memakannya, “Uhm, enak sekali. Kalau kau ingin membuangnya, bisa aku memilikinya. Aku sangat menyukainya.” Senyuman JB menyejukkan dunia. Mungkin itu yang dirasakan Hyesung.

Tangisnya semakin tidak terbendung. Dia terduduk menangis keras, meneriakkan, “Aku..ingin menghilang. Aku ingin pergi. Ini sudah cukup, aku ingin pergi!”
JB duduk mendekatinya, dia mengatakan, “Biasanya, gadis akan terlihat manis bila mereka menangis.” Hyesung terdiam dan melihat ke arah JB.

JB melanjutkan, “Kau benar-benar tidak cocok menangis. Jangan menangis. Stop.” JB tersenyum dan mendekatkan tangannya di wajah Hyesung. Dia membentuk wajah Hyesung seperti terlihat sedang tertawa.

Hyesung terdiam dari tangisnya. Dengan mata yang masih memerah, dia melihat JB dan merasa aneh dengan sikap JB. JB tersenyum sementara Yoo Jin mendengus kesal menyaksikan kejadian itu.
BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar