Sabtu, 19 Mei 2012

Si Kancil Dan Siput


Kancil Dan Siput

Alam pedesaan yang subur. Puluhan hektar sawah membentang hijau. Di tengah-tengah sawah yang hijau membentang, terdapat sebuah parit yang membelah cukup panjang.

Di parit itu tinggallah sekelompok Siput yang hidup rukun penuh kedamaian. Antara satu dengan yang lain saling tolong-menolong; saling bahu-membahu tidak pandang bulu. Yang tua menyayangi yang muda dan yang muda pun selalu menghormati yang lebih tua.

Setiap pagi mereka pergi untuk mencari makan. Ada di antara mereka yang berjalan menyusuri sepanjang parit hingga sampai ujung. Namun ada pula yang menyebar di sawah-sawah yang ada di kanan dan kiri parit. Ketika sore tiba, mereka baru pulang ke rumahnya masing-masing. Ada kalanya di antara mereka yang membawa makanan untuk diberikan kepada anak-anak yang masih kecil di rumah.

Pada suatu hari, tiba-tiba mereka didatangi oleh Si Kancil. Dengan langkah yang begitu meyakinkan, Si Kancil menyapa seekor Siput yang agak jauh dari kawan-kawannya.

“Selamat pagi Siput? Bagaimana kabarmu?” Sapa Si Kancil dengan wajah berseri-seri.
“Baik-baik saja!” Jawab Siput. “Bagaimana dengan dirimu?”
“Seperti yang kamu lihat sendiri, aku tidak kurang apapun!”
“Cil kenapa kamu di sebut binatang paling cerdik?”
“Karena aku memang pintar!” Kata Kancil dengan sombong.
“Oh begitu, seberapa pintar otakmu?” Tanya Siput.
“lho? Kok tanyanya begitu? Kamu meledekku ya?”
“Ah tidak?”
“Sudahlah Put, aku memang dikenal sebagai binatang paling pintar dan kau dikenal sebagai binatang paling malas karena jalanmu yang luaaaambaaat. Lambat tahu!” Tukas Kancil.
“Cil, walau jalanku lambat tapi aku bukan pemalas. Kalau cuma adu lari cepat denganmu aku jamin kau pasti kalah.”
“Lho? Kau menantangku adu lari cepat?”
“Hanya untuk membuktikan bahwa bukan hanya kau yang berlari cepat!”
“Huahahahaaa...hahahaaa... Siput Sipuuut!” Kancil mengejek.
“Kamu berani adu lari cepat, Cil?” Tanya Siput.
“Wah-wah, kau nekad ya Put. Baik mari kita berlomba lari cepat. Kapan dilaksanakan?”
“Besok pagi!” Jawab Siput dengan mantap.

Si Kancil menjadi heran mendengar jawaban Siput seperti itu. “Baik, besok pagi aku akan datang keparit ini.”

Si Kancil melangkah menuju kehutan. Sedangkan Siput meneruskan usahanya untuk mencari makan. Baru setelah sore hari Siput pulang kerumahnya.

Sesampainya dirumah, Siput berpikir keras untuk menemukan cara yang paling tepat guna memberi pelajaran pada Si Kancil. Baru setelah tengah malam, Siput menemukan gagasan yang dianggap paling jitu. Malam itu juga ia segera menghubungi semua Siput yang ada disekitar tempat itu. Dengan sifatnya yang suka tolong-menolong akhirnya semua Siput bersepakat untuk menaklukan Si Kancil dalam perlombaan lari besok pagi.

Ketika matahari sudah mulai muncul di ufuk timur, semua Siput sudah berkumpul di tempat yang telah di tentukan sebagai arena perlombaan. Satu persatu Siput-Siput tersebut mulai berjejer di sepanjang parit. Mereka semua masuk kedalam air, kecuali satu Siput yang kemarin pertemu Si Kancil.

Setelah menunggu beberapa saat, Si Kancil pun datang pula di tempat tersebut. “Selamat pagi Siput! Apakah kamu sudah siap melawanku hari ini?” Tanya Si Kancil dengan sombong.

“Oh tentu , Cil!” Sahut Siput yang sejak tadi menunggu Kancil.
“Aku sudah siap untuk mengalahkanmu.”
“Baik, ayo kita laksanakan!” Sahut Kancil.
“Begini, Cil! Karena aku tidak bisa berlari di daratan, maka aku akan berlari dalam parit, sementara kamu nanti berlari di daratan diatas pematang,” Kata Siput menjelaskan aturan perlombaan.
“Saya setuju. Mari sekarang kita mulai!” Jawab Si Kancil yang sudah tidak sabar lagi.

Setelah aba-aba dibunyikan, segera keduanya memulai perlombaan. Si Kancil langsung berlari di atas pematang, pembatas antara parit dengan sawah. Sementara itu, Siput pun masuk kedalam air diparit sebelahnya. Si Kancil berlari cukup cepat. Dalam hatinya, ia sudah yakin bahwa dirinya yang akan jadi pemenang. Setelah beberapa saat berlari, ia kemudian berhenti. Ia ingin memastikan, apakah Siput mampu mengejarnya ataukah masih ketinggalan jauh dibelakang?

“Siput...! Sipuut! Sampai dimanakah kamu sekarang?” Teriak Si Kancil untuk mengetahui posisi Siput.
“Kuk..! Hai Cil, mengapa kamu baru sampai disitu? Aku sudah berada didepanmu.”

Si Kancil terkejut melihat Siput muncul berada didepannya. Ia tak menyangka kalau Siput mampu mendahului kecepatannya. Si Kancil pun berlari lagi. Kali ini, ia berlari lebih cepat dari sebelumnya. Dirinya tidak ingin dikalahkan oleh Siput.

Beberapa saat kemudian Si Kancil memanggil Siput lagi. “Siput sampai dimana kau sekarang?”
Sambil menampakan diri dipermukaan air, Siput pun menyahut, “Kuk, Hai.. Cil ada apa. Mengapa kamu tetap saja dibelakangku!”

Berulang kali Si Kancil memanggil Siput untuk mengetahui posisinya, tapi saat itu pula Si Kancil terkejut karena melihat Siput selalu berada di depannya. Semua tenaga sudah dikerahkan, tapi tetap saja Siput selalu menampakkan diri dan berada didepannya. Akhirnya Si Kancil pun tak sanggup lagi meneruskan larinya. Ia baru mengakui bahwa Siput diam-diam dapat berlari dengan cepat sekali, jauh melebihi kecepatannya.

Apa yang terjadi sesungguhnya, sehingga Si Kancil dapat di kalahkan oleh Siput? Si Kancil ternyata kalah cerdik dengan Siput. Dia tidak menyadari bahwa di dalam parit itu sudah ada ratusan bahkan ribuan Siput-Siput yang berjajar sampai diujung. Sehingga setiap kali ia memanggil Siput untuk mengetahui posisinya, saat itu pula yang muncul dan menjawab adalah Siput yang berada di depannya. Jadi dengan begitu Siput yang paling awal, sebenarnya tetap saja dibelakang, di garis start. Namun hal ini tidak diketahui oleh Si Kancil hingga selesai perlombaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar