Jumat, 06 Mei 2011

MENIPU ANJING

Pagi yang cerah, matahari bersinar dengan indahnya. Pak Tani berangkat ke sawah dengan riang gembira sembari memanggul cangkul.






“Aku akan memeriksa kebun timunku, barangkali besok sudah bisa dipanen.” Gumam Pak Tani.

Tetapi  sesampainya dikebun timun. Alangkah kagetnya Pak Tani. Buah timun dikebunnya banyak yang rusak.

“Aduh! Siapa yang merusak kebun timunku ini. Mengapa harus dirusak, kalau mau ambil boleh saja tinggal ambil aku bukan petani yang pelit.”

Dengan hati muram Pak Tani pulang kerumah. Ia menduga-duga hewan apa yang suka makan timun. “Ha... pasti Si Kancil.” Gumam Pak Tani.

 Pak Tani mencari akal untuk menjebak Kancil lalu ia membuat orang-orangan sawah yang diberi perekat yang sangat kuat. Menjelang sore orang-orangan sawah itu sudah selesai dan dia bawa ketengah kebun timun untuk dipasang.

“Aku tahu Kancil hewan yang cerdik, ia akan mengejek orang-orangan ini, tapi rasakan nanti ya.” Pikir Pak Tani.

Benar saja, malam harinyak Kancil mendatangi kebun itu, ia tertawa melihat adanya orang-orangan itu. “Cuma orang-orangan siapa takut.”

Lalu Kancil melintasi orang-orangan sawah itu. Dan akhirnya dia makan buah timun yang muda-muda. Ternyata tidak banyak yang dia makan, hanya tiga buah timun ia sudah merasa kenyang. Ia juga tidak merusak buah timun yang lain.

Puas makan timun, Kancil lalu mendekati orang-orangan sawah itu, sifat jailnya kambuh, ia pukul orang-orangan sawah itu dengan kaki depannya. “Aduh! Kenapa melekat?” Pekik Kancil kaget.

“Hai orang-orangan jelek, lepaskan kakiku kalau tidak kupukul lagi kau!”

Tentu saja orang-orangan sawah itu hanya diam saja. Kancil memukulkan kaki depannya yang satu lagi. “Plak!” Kini kedua kaki depannya melekan erat dibaju orang-orangan sawah itu.

Perekat yang dipasang dibaju orang-orangan sawah itu sangat kuat, Kancil tidak bisa melepaskan diri, semalaman dia menangis. Pagi harinya Pak Tani datang membawa pentungan. “Ha..... ini dia biang keroknya. Kutangkap kau!”

“Cil kau boleh makan timunku tapi jangan kau rusak buah yang lain.”

“Ampun Pak Tani bukan aku yang merusak timunmu. Aku cuma makan dua atau tiga saja, kok!”

Pak Tani tak percaya omongan Kancil ia ikat leher Si Kancil dan di seret pulang kerumah. Di rumah Pak Tani Kancil diletakkan di dalam kurungan ayam.

“Batu ini cukup berat, tak mungkin kau bisa meloloskan diri, aku akan pergi kepasar untuk beli bumbu sate.”

“Ampun Pak Tani aku jangan disate!” Rengek Si Kancil. Pak Tani pergi kepasar, pada saat itu ada seekor Anjing mendatangi kurungan Kancil.

“Cil, kenapa kau dikurung?” Tanya Si Anjing.

“Lho? Apa kau tidak tahu?” Kancil balas bertanya.

“Katakan ada apa Cil?”

“Begini, aku ini akan diambil menantu oleh Pak Tani. Makanya sekarang Pak Tani pergi kepasar untuk membelikan baju dan makanan yang lezat-lezat untukku.”

“Wah kau tak pantas Cil, tubuhmukan kecil lebih baik aku saja yang menggantikanmu menjadi menantu Pak Tani.”

“Enak saja, sudah saya pergi saja Anjing.”

Anjing tiba-tiba menggereng marah, “Cil, kalau kau tak mau kugantikan sekarang juga batu yang diatas kurungan akan kudorong dan lehermu akan kugigit sampai putus!”

“Wah jangan begitu dong.”

“Mau apa tidak?”

“Baik, terpaksa aku turuti kemauanmu.” Anjing mendorong batu hingga jatuh kurungan terbuka, Kancil keluar sedangkan Anjing masuk kedalam kurungan.

“Selamat jadi menantu Pak Tani tuan Anjing.” Sesaat kemudian Pak Tani datang. Ia keget bukan kepalang melihat Kancil yang berada dikurungan berubah menjadi Anjing.

“Hormat pada calon mertua,” Kata Anjing. “Kancil memberikan haknya sebagai calon menantu Pak Tani kepada saya Si Anjing yang gagah perkasa.”

“Terus mana Si Kancil?” Tanya Pak Tani.

“Sudah pergi kehutan Pak Tani.”

“Kamu mau jadi menantuku?”

“Benar Pak Tani.” Jawab Anjing dengan gembira.

“Sekarang keluarlah dari kurungan, lalu duduklah yang manis dan pejamkan matamu, aku akan memanggil Putriku didalam rumah.” Anjing menunggu dengan hati berdebar. Pak Tani muncul kembali, tapi bukan dengan Putrinya, melainkan dengan pentungan.

“Nih hadiah untukmu.” Teriak Pak Tani sembari memukul kepala dan punggung Si Anjing.

“Ampuuuuun....” Anjing menjerit dan melarikan diri sambil membawa dendam karena merasa ditipu oleh Si Kancil. “Awas kau ya Cil, jika ketemu langsung kugigit kau!”

Kancil sudah dari tadi berlari kencang, namun karena jalannya lambat maka dalam beberapa saat Anjing sudah bisa menyusul di belakangnya.

“Wah gawat, Anjing sudah ada di belakangku,” Kata Kancil dalam hati. “Aku harus segera bersembunyi.”

Anjing sangat marah karena ditipu Kancil, setelah dipukuli Pak Tani, Anjing lari mengejar Kancil.

“Hai Kancil kurang ajar, tunggu aku, akan kugigit kakimu!”

“Lho? Kok marah, kau sendirikan yang minta diambil menantu Pak Tani?” Sahut Kancil sambil mempercepat larinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar